MERUMUSKAN
TPU MENJADI TPK
DISUSUN OLEH:
NAMA : SARMALENNI NAINGGOLAN
NIM : 141202001
JURUSAN : BAHASA
INDONESIA
M.K : PERENCANAAN PEMBELAJARAN BI
DOSEN : BILFERI HUTAPEA,SS,M.Pd.
TAHUN AJARAN 2016/2017
UNIVERSITAS EFARINA
KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
terstruktur pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia, dengan harapan
berguna bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Dalam
penulisan makalah ini saya ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu
dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini, khususnya kepada bapak Bilferi Hutapea selaku dosen
pengampu mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia. Saya merasa
masih banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu
kritik dan saran yang positif dari semua pihak sangat saya harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini dan pembuatan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat sekian dan terimakasih.
Penulis
SARMALENNI NAINGGOLAN
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Tujuan Pembelajaran
B. Klasifikasi Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
C. Pengembangan Tujuan Pembelajaran
1. Merumuskan tujuan pembelajaran Umum
2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Kegiatan menyusun rencana pembelajaran
merupakan salah satu tugas penting guru dalam memproses pembelajaran siswa.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam
Permendiknas RI No. 41 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah
satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu
adanya tujuan pembelajaran yang
di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran hendaknya
diletakkan dan dijadikan titik tolak berfikir guru dalam menyusun sebuah
Rencana Pembelajaran, yang akan mewarnai komponen-komponen perencanan lainnya.
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik
bagi guru maupun siswa. Seorang guru profesional harus merumuskan tujuan
pembelajarannya dalam bentuk perilaku siswa yang dapat diukur yaitu menunjukkan
apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah mengikuti pelajaran.
Berbicara tentang perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli
pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom yaitu tujuan
pembelajaran pada ranah afektif, kognitif dan psikomotor. Tujuan pembelajaran
harus dirumuskan secara jelas. Pentingnya penguasaan guru tentang tata bahasa,
karena dari rumusan tujuan pembelajaran itulah dapat tergambarkan konsep dan
proses berfikir guru yang bersangkutan dalam menuangkan idenya tentang
pembelajaran. Dari sekian banyak penjelasan maka penting untuk mengkaji hakikat
dan pengenbangan atau perumusan tujuan pembelajaran oleh pendidik. Dengan
pengetahuan tersebut maka proses pembelajaran di kelas akan terselenggara
dengan baik dan terstruktur.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana hakikat dasar dari Tujuan
Pembelajaran?
2. Bagaimana Klasifikasi Tujuan
Pembelajaran?
3. Bagaimana cara mengembangkan atau
merumuskan Tujuan Pembelajaran?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah ini supaya ditujukan agar pembaca
khususnya calon pendidik dan pendidik itu sendiri memahami hakikat, klasifikasi
dan cara mengembangkan atau merumuskan tujuan Pembelajaran di kelas. Dengan hal
itu dapat menjadi pengetahuan dan skill dasar dari proses pembelajaran bagi
calon pendidik dan pendidik itu sendiri.
D. Manfaat
Penulisan
Hasil penulisan di atas dapat bermanfaat
bagi mahasiswa dan bagi calon pendidik. Sehingga mengetahui hakikat dasar dari
tujuan pembelajaran, klasifikasi tujuan pembelajaran serta cara mengembangkan
atau merumuskan tujuan pembelajaran dalam mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran merupakan penjabaran dari tujuan institusional dan
tujuan kurikuler, tujuan pembelajaran lebih konkret dan lebih operasional yang
pencapaiannya dibebankan kepada tiap pokok bahasan yang terdapat dalam tiap
bidang studi. Terdapat beberapa pendapat tentang Pengertian Tujuan Pembelajaran
menurut para tokoh antara lain:
a. Suryosubroto, (1990:
20-21)
Tujuan
pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh
peserta belajar sesudah ia melewati kegiatan instruksional yang bersangkutan
dengan berhasil.
b. Robert F. Magner (1962)
Tujuan
pembelajaran adalah tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi.
c. Eduard L. Dejnozka dan
David E. Kavel (1981)
Tujuan
pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk
perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar
yang diharapkan.
d. Fred Percival dan Henry
Ellington (1984)
Tujuan
pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan /
keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar.
e. Goodlad, dalam Popham et
al, (1969)
Tujuan
Pembelajaran adalah Pernyataan tentang apa yang siswa harus mampu lakukan
sebagai konsekuensi dari pembelajaran.
f. Bloom (1956)
Tujuan
Pembelajaran adalah Formulasi eksplisit tentang cara bagaimana siswa diharapkan
akan diubah oleh proses edukatif.
g. Mager (1975)
Tujuan
pembelajaran adalah deskripsi dari kinerja yang guru inginkan dapat ditunjukkan
oleh peserta didik sebelum guru dapat menganggap mereka kompeten. Sebuah tujuan
lebih menggambarkan hasil yang diinginkan dari suatu pembelajaran, daripada
proses pembelajaran itu sendiri. Menurut
Kaber (1988:11) tujuan instruksional spesifik dapat ditarik dari sumber pokok:
a. dari tujuan umum, seluruh kegiatan sekolah
b. dari tema (organizing center), topik yang dipelajari
c. dari perkembangan keterampilan yang dipelajari secara kontinu,
misalnya dalam bahasa.
Tujuan instruksional mengandung dua komponen yaitu komponen isi dan
komponen proses. Komponen isi berfokus pada memperoleh fakta, konsep,
prinsip-prinsip yang berhubungan dengan topik yang dipelajari. Sedangkan komponen
proses menitikberatkan perhatian pada kegiatan, pelaksanaan kegiatan yang
berkaitan dengan topik. Jenis-jenis tujuan instruksional dapat digolongkan
atas:
a. Tujuan yang berbentuk tingkah laku (behavioral objectives)
b. Tujuan yang berupa penampilan (peformance objective)
c. Tujuan yang bersifat mengungkapkan diri (expressive objectives)
d. Tujuan yang mengacu kepada ranah perilaku (domain refence
objectives).
Dari sejumlah uraian tentang konsep tujuan tersebut secara garis besar
yang dimaksud dengan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan atau rumusan
tentang deskripsi tingkah laku atau kemampuan yang diharapkan dapat diperoleh
dan dimiliki seseorang setelah melakukan atau menyelesaikan kegiatan
pendidikan/belajar (sesuai dengan hirarkisnya).
Adapun fungsi tujuan pembelajaran antara lain :
a. Panduan bagi guru untuk merancang pembelajaran.
b. Panduan bagi guru untuk evaluasi.
c. Panduan bagi siswa untuk memfokuskan
belajarnya.
d. Panduan untuk siswa dalam kaitan self
assessment.
e. Menunjukkan kepada orang lain apa yang kita
nilai.
f. Membantu hubungan antara guru dan pelajar
karena dengan tujuan pembelajaran yang dinyatakan secara eksplisit siswa tidak
dipaksa untuk menebak apa yang akan dipelajari.
g. Meningkatkan kemungkinan untuk membuat fokus
bahan belajar mandiri.
h. Membuat guru mengajar lebih terarah dan
terorganisir.
i.
Berkomunikasi
dengan rekan tentang apa yang guru ajarkan kerjasama sehingga meningkatkan
kerja sama tim dan dengan rekan-rekan.
j.
Membantu
evaluasi program.
k. Masukan bagi guru untuk berpikir hati-hati
tentang apa yang penting dalam kegiatan pembelajarannya.
l.
Membantu
menghindari pengulangan yang tidak perlu dalam mengajar.
m. Menyediakan visibilitas dan akuntabilitas
keputusan yang dibuat oleh guru dan siswa.
n. Menyediakan model untuk penciptaan tujuan
pemebelajaran bagi siswa.
o. Membantu siswa membuat keputusan mengenai
prioritas.
p. Memberikan umpan balik kepada siswa apa tujuan
telah yang dicapai.
B. Klasifikasi Tujuan
Pembelajaran
Kita
dapat membedakan dua macam tujuan pembelajaran, yaitu: (1) Tujuan Pembelajaran
Umum (TPU), tujuan instruksional umum kata-katanya masih umum, belum dapat
diukur. Contohnya Siswa memahami konsep zakat dalam ajaran agama Islam. (2) Tujuan
Pembelajaran Khusus (TPK), Rumusan tujuan ini ditujukan pada (siswa), dengan
langsung dapat diketahui (diukur) pada setiap kegiatan pengajaran berlangsung,
dengan kata dan syarat-syarat tertentu. Berikut pembahasan tentang klasifikasi
tujuan pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Umum
Tujuan
Pembelajaran umum (TPU) adalah tujuan pengajaran yang perubahan perilaku siswa
yang belajar masih merupakan perubahan internal yang belum dapat dilihat dan
diukur. Kata kerja dalam tujuan umum pengajaran masih pencerminan perubahan
prilaku yang umumnya terjadi pada manusia, sehingga masih menimbulkan beberapa
penafsiran yang berbeda-beda. Contoh TPU: “setelah melakukan pelajaran siswa
diharapan dapat memahami penjumlahan dengan benar”. Kata kerja “memahami
penjumlahan” merupakan kata kerja- yang bersifat umum karena pemahaman
penjumlahan dapat ditafsirkan berbeda. Tujuan Pembelajaran Umum lebih luas
karena perlu dan harus dijabarkan lagi pada tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
Kata kerja yang digunakan untuk merumuskan tujuan pembelajaran umum adalah:
memahami, mengetahui, mengenal dan sebagainya. Tujuan umum di sekolah-sekolah
misalnya SD,SMP DAN SMA tidak perlu dirumuskan oleh guru karena telah ada dalam
GBPP. Tujuan Pembelajaran Umum tingkat pencapaiannya mungkin dapat dicapai setelah
dua atau tiga kali mengajar. Menurut Bloom ranah tujuan pembelajaran umum
dibagi menjadi tiga ranah, Antara lain sebagai berikut :
a.
Kognitif
Kawasan
kognitif ini meliputi tujuan pendidikan yang berkenaan dengan ingatan atau
pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dalam
keterampilan berfikir. Menurut Bloom pada tahun 1956, dalam bukunya yang
berjudul Taxonomy of Educational Objectives. Handbook I : Cognitive Domain yang
diterbitkan oleh McKey New York telah membagi ranah (domain) kognitif menjadi
beberapa bagian. Berikut adalah penjelasannya. Tujuan pembelajaran dalan ranah
(domain) kognitif atau intelektual dibagi menjadi 6 tingkatan, dilambangkan
dengan huruf C (cognitive). Secara umum, makin tinggi tingkatannya semakin
rumit tujuan pembelajaran itu yaitu:
1) Pengetahuan – C1
Pada
level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan sebagai kemampuan mengingat
kembali materi yang telah dipelajari, misalnya: (a) pengetahuan tentang
istilah; (b) pengetahuan tentang fakta khusus; (c) pengetahuan tentang
konvensi; (d) pengetahuan tentang kecendrungan dan urutan; (e) pengetahuan
tentang klasifikasi dan kategori; (f) pengetahuan tentang kriteria; dan (g)
pengetahuan tentang metodologi.
Contoh-contoh
kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C1 (Cognitive
1 – Pengetahuan) Antara lain: mengutip,menyebutkan,menjelaskan,menggambar,membilang,mengidentifikasi,mendaftar
dll.
2) Pemahaman – C2
Pada
level atau tingkatan kedua ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan memahami
materi tertentu, dapat dalam bentuk: (a) translasi (mengubah dari satu bentuk
ke bentuk lain); (b) interpretasi (menjelaskan atau merangkum materi); (c)
ekstrapolasi (memperpanjang/memperluas arti/memaknai data).
Kata
Kerja Operasional Level C2 Contoh-contoh kata kerja operasional untuk
merumuskan tujuan pembelajaran pada level C2 (Cognitive 2 – Pemahaman) antara
lain: memperkirakan,menjelaskan,mengkategorikan,mencirikan,merinci,mengasosiasikan
dll.
3)
Aplikasi – C3
Pada
level atau tingkatan ketiga ini, aplikasi dimaksudkan sebagai kemampuan untuk
menerapkan informasi dalam situasi nyata.
Kata
Kerja Operasional Level C3 Contoh-contoh kata kerja operasional untuk
merumuskan tujuan pembelajaran pada level C3 (Cognitive 3 – Aplikasi) antara
lain: menugaskan,mengurutkan,menentukan,menerapkan,menyesuaikan,mengkalkulasi,memodifikasi
dll.
4)
Analisis – C4
Analisis
adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam taksonomi Bloom tentang ranah
(domain) kognitif. Analisis ini merupakan kemampuan menguraikan suatu materi
menjadi bagian-bagiannya. Kemampuan menganalisis dapat berupa: (a) analisis
elemen (mengidentifikasi bagian-bagian materi); (b) analisis hubungan
(mengidentifikasi hubungan); (c) analisis pengorganisasian prinsip
(mengidentifikasi pengorganisasian/organisasi).
Kata
Kerja Operasional Level C4. Contoh-contoh kata kerja operasional untuk
merumuskan tujuan pembelajaran pada level C4 (Cognitive 4 – Analisis) antara lain:
menganalisis,mengedit,memecahkan,menegaskan,mendeteksi,mendiagnosis,menyeleksi,merinci,menominasikan
dll.
5)
Sintesis – C5
Level
kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai kemampuan untuk memproduksi.
Tingkatan kognitif kelima ini dapat berupa: (a) memproduksi komunikasi yang
unik; (b) memproduksi rencana atau kegiatan yang utuh; dan (c)
menghasilkan/memproduksi seperangkat hubungan abstrak. Kata Kerja Operasional
Level C5 Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan
pembelajaran pada level C5 (Cognitive 5 – Sintesis) antara lain: mengabstraksi,mengatur,menganimasi,mengumpulkan,mengkategorikan,mengkode,mengombinasikan,menyusun
dll.
6)
Evaluasi – C6
Level
ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif adalah evaluasi. Kemampuan
melakukan evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai ‘manfaat’ suatu
benda/hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Paling tidak
ada dua bentuk tingkat (level) evaluasi menurut Bloom, yaitu: (a) penilaian
atau evaluasi berdasarkan bukti internal; dan (2) evaluasi berdasarkan bukti
eksternal.
Kata
Kerja Operasional Level C6. Contoh-contoh kata kerja operasional untuk
merumuskan tujuan pembelajaran pada level C6 (Cognitive 6 – Evaluasi) antara lain:
membandingkan,menyimpulkan,menilai,mengarahkan,mengkritik,menimbang,memutuskan,memisahkan,memprediksi,memperjelas
dll.
b.
Afektif
Ranah ini
mencakup sasaran yang menyangkut
sikap, penghargaan, nilai,
dan emosi, menikmati, memelihara,
menghormati. Krathwohl dkk. (1985)
menyusun ranah afektif dalam 5 jenjang, yaitu:
1) Menerima (receiving),
yakni kemauan untuk
memperhatikan suatu kejadian atau
kegiatan.
Contoh:
mendengarkan, menyadari, mengamati, hati-hati terhadap, peka terhadap, dan toleran
terhadap.
2) Menanggapi (responding),
yakni mau bereaksi terhadap
suatu kejadian dengan
berperan serta. Contoh: menjawab, menanggapi, mengikuti,
menyetujui, menuruti perintah,
dan berminat terhadap.
3) Menilai (valuing), mau menerima
atau menolak suatu kejadian melalui
pengungkapan sikap positif atau
negatif. Contoh: memperoleh,
mengandaikan, mendukung, ikut
serta, meneruskan, mengabdikan diri.
4) Menyusun (organizing), bila siswa berhadapan dengan situasi yang
menyangkut lebih dari
satu nilai, dengan
senang hati mengatur nilai-nilai
tersebut, menentukan hubungan
antara berbagai nilai tersebut,
dan menerima bahwa ada
nilai yang lebih tinggi daripada
yang lain dari segi pentingnya bagi
siswa perseorangan.
Contoh: mempertimbangkan, memutuskan, membuat rencana, dan mempertimbangkan alternatif.
5) Pembentukan sifat melalui
nilai (characterization by
value or value complex),
siswa secara konsisten
mengikuti nilai yang berlaku dan menganggap tingkah
laku ini sebagai bagian dari sifatnya.
Contoh: percaya
akan, mempraktekkan, terus melakukan, mengerjakan,
bertindak menurut tata
nilainya sendiri.
c.
Psikomotor
Ranah ini membahas
keterampilan yang membutuhkan penggunaan dan
koordinasi otot tubuh,
seperti dalam kegiatan jasmani dalam
melaksanakan, mengolah, dan
membangun. Klasifikasi ranah ini
yang paling mudah
dimengerti adalah
sebagaimana taksonomi yang dikembangkan
oleh Harrour (Kemp, 1985) dengan 6 jenjang sebagai berikut:
1) Gerakan refleks,
merupakan reaksi otot
secara tidak sadar terhadap rangsangan,
suatu gerakan naluriah
dan tidak dipelajari.
2) Gerakan
pokok mendasar, merupakan pola gerakan tubuh yang didasarkan pada
gerakan refleks dan
merupakan dasar bagi semua
kegiatan psikomotor normal.
Contoh: berjalan, berlari, meloncat, menggapai, memegang.
3) Kemampuan menghayati,
melibatkan kesadaran kinestetik, seperti perubahan keseimbangan badan,
pembedaan pandangan atau pendengaran,
pembedaan rasa rabaan
atau sentuhan, dan koordinasi gerakan mata-tangan dan mata-kaki.
Contoh: berputar, membungkuk, menyeimbangkan,
menyepak bola.
4) Kemampuan jasmani,
termasuk dalam kategori ini
adalah daya tahan, kekuatan, keluwesan dan
kelincahan gerak. Gerakan yang sangat terampil tidak bisa
dibentuk tanpa dasar yang kuat dalam berbagai kemampuan tersebut.
5) Gerakan yang menunjukkan keterampilan,
yakni tindakan yang rumit dengan efisien,
di mana beberapa macam gerakan
yang rumit tersebut kalau
dilatih menghasilkan gerakan
yang menunjukkan
keterampilan dengan luwes
dan indah.
Contoh: memainkan alat
musik, mengemudikan kendaraan, memperbaiki mesin
dan sebagainya. Dalam
kategori ini terdapat suatu
gerakan yang merupakan komunikasi berkesinambungan dari
gerakan jasmani yang
bersifat refleks yang merupakan
hasil belajar, sebagai
misal adalah gerakan penafsiran dalam bentuk kesenian yang
indah atau kreatif.
2.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah
tujuan pengajaran dimana perubahan prilaku telah dapat dilihat dan diukur. Kata
kerja yang menggambarkan perubahan prilaku telah spesifik sehingga memungkinkan
dilakukan pengukuran tanpa menimbulkan lagi berbagai perbedaan penafsiran.
Misal TIK yang dirumuskan sbb “Siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap
kebudayaan nasional”, dapat lebih dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan
membuktikan penghargaannya terhadap seni tari nasional dengan ikut membawakan
suatu tarian dalam perpisahan kelas”. Tujuan pembelajaran khusus ialah tujuan
yang dirumuskan oleh guru. Tujuan tersebut harus dapat dicapai setelah
mengikuti satu kali proses pembelajaran.
Robert H. Davis(1974) menggambarkan bahwa
tujuan pembelajaran khusus memiliki komponen-komponen yaitu:
a.
Temrinal
Behavior, menggambarkan pernyataan atau deskripsi hasil belajar siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran.
b.
Condition,
menggambarkan kondisi yang diperlukan siswa untuk mendemonstrasikan perlakunya.
c.
Standar,
menggambarkan tingkatan minimal dari performance yang dapat diterima sebagai
bukti bahwa siswa telah mencapai tujuan.
C.
Pengembangan Tujuan Pembelajaran
1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Umum
Untuk merumuskan Tujuan Pembelajaran Umum dapat ditempuh dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membuat
sejumlah TPU (tujuan instruksional umum) untuk setiap mata pelajaran/bidang
studi yang akan diajarkan. Di dalam kurikulum tahun 1975 maupun 1984, TPU ini
sudah tercantum dalam buku Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Dalam
merumuskan TPU digunakan kata kerja yang sifatnya masih umum dan tidak dapat
diukur karena perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri manusia
(intern).
b. Dari
masing-masing TPU dijabarkan menjadi TIK yang rumusannya jelas, khusus, dapat
diamati, terukur dan menunjukan perubahan tingkah laku.
Contoh-contoh
rumusan untuk TPU:
-
Memahami teori evolusi
-
Mengetahui perbedaan antara skor dan nilai.
-
Mengerti cara mencari validitas.
-
Menghayati perlunya penilaian yang tepat.
-
Menyadari pentingnya mengikuti kuliah dengan teratur.
-
Menghargai kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes.
Dalam
contoh ini digunakan kata-kata kerja: memahami, mengetahui, mengerti,
menghayati, menyadari, menghargai, dan masih ada beberapa lagi yang sifatnya
masih terlalu umum sehingga penafsirannya dapat berbeda antara orang yang satu
dengan yang lain.
Contoh:
Mahasiswa
mengerti cara mencari validitas suatu soal. Bagaimanakah kita tahu ia mengerti?
Apakah karena pada waktu diterangkan dia tampak mengangguk-anggukkan kepala?
Boleh jadi dia mengangguk-anggukkan kepalanya hanya merupakan suatu usaha agar
tidak dikatakan mengantuk atau sedang melamunkan sesuatu. Tampaknya mengangguk
mereaksi kuliah, tetapi angannya melayang.
Atas
dasar semua keterangan ini maka agar dalam mengadakan evaluasi terlihat hasilnya,
TPU ini perlu diperinci lagi sehingga menjadi jelas dan tidak disalahtafsirkan
oleh beberapa orang.
2.
Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
Menurut
Suparman (2004), mengembangkan atau merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK)
merupakan: (1) Dasar dan pedoman bagi seluruh proses pengembangan tujuan
pembelajaran selanjutnya (perumusan TPK merupakan titik permulaan sesungguhnya
dari proses pengembangan pembelajaran); (2) Alat untuk menguji validitas isi
tes (isi pelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan apa yang akan
dicapai); (3) Arah proses pengembangan pembelajaran karena di dalamnya
tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai peserta
didik pada akhir proses pembelajaran.
Menurut Knirk dan Gustafson dalam Hernawan (2005) dalam merumuskan
tujuan pembelajaran khusus hendaknya harus mencakup unsur-unsur/komponen yang
dikenal dengan singkatan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree).
a. Audience = A
Yaitu siswa yang belajar untuk mencapai
tujuan. Artinya tujuan yang dirancang untuk siswa bukan guru. Oleh sebab itu
komponen siswa harus selalu ada pada setiap perumusan TPK. Contohnya: siswa
kelas 1, siswa kelas 6 dan sebagainya.
b. Behavior = B
Yaitu kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa
setelah mengikuti pembelajaran. Komponen ini terdiri atas kata kerja yang
menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan materi yang dipelajari
siswa. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam bentuk kata kerja operasional
seperti menjelaskan, memberi contoh, menyusun, membuat, merakit,menunjukkan,
mengenal dan sebagainya. Contohnya: membuat larutan oralit, menunjukkan letak
ibukota propinsi dan sebagainya.
c. Condition = C
Yaitu keadaan yang dipersyaratkan ketika siswa
diminta menunjukkan atau mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan yang
diharapkan. Contohnya: “diberikan sejumlah data, siswa dapat….”(ini berarti
bahwa pada saat kita meminta siswa menunjukkan kemampuan tersebut kita harus
menyediakan data) atau “dengan menggunakan rumus ABC, siswa dapat….” (ini
berarti siswa dianggap sudah menguasai kemampuan tersebut apabila siswa
melakukannya dengan menggunakan rumus ABC. Apabila tidak menggunakan rumus ABC
berarti siswa belum menguasai tujuan tersebut).
d. Degree = D
Yaitu tingkat ukuran yang dicapai untuk
menentukan keberhasilan atau penguasaan siswa terhadap tingkah laku khusus yang
ditetapkan. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari
penampilan suatu perilaku yang dapat dianggap diterima. Contohnya: “siswa dapat
menjelaskan lima karakteristik pemimpin yang demokratis” (siswa dianggap belum
menguasai tujuan tersebut jika hanya mampu menjelaskan dua atau tiga
karakteristik tersebut) atau “siswa dapat menjelaskan dua alasan penting
transmigrasi” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut bila siswa hanya
mampu menjelaskan satu alasan saja).
Menurut
Suparman (2004) komponen dalam TPK yaitu ABCD tidak selalu tersusun sebagai
ABCD tetapi sering kali CABD dan biasanya dalam praktek sehari-hari TPK hanya
mengandung dua komponen yaitu A dan B kadang-kadang tiga komponen yaitu A,B,
dan D. Berikut diberikan contoh TPK dengan rumusan komponen selengkapnya,
yaitu: “Jika diberi kalimat aktif dalam bahasa Indonesia, mahasiswa Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris semester III akan dapat menterjemahkannya dalam
kalimat fasif bahasa Inggris paling sedikit 80% benar”. Dari contoh TPK ini
komponen tersusun sebagai CABD dimana diberikan kalimat aktif merupakan
komponen Condition, mahasiswa merupakan komponen Audience, dapat
menterjemahkannya merupakan komponen Behavior dan 80% benar merupakan komponen
degree.
Contoh Perumusan TPK :
Siswa kelas XI IPA akan dapat menjelaskan
minimal dua aplikasi azas Bernoulli dalam kehidupan sehari-hari jika diberikan
azas Bernoulli,”.
Dari TPK ini komponen tersusun sebagai ABDC
dimana sisiwa merupakan komponen Audience, dapat menjelaskan merupakan komponen
Behavior dan minimal dua merupakan komponen degree dan diberikan merupakan
komponen Condition,
Berikut diberikan contoh merumuskan suatu
tujuan pembelajaran berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/semester : XI/2
Kompetensi dasar : Menganalisa hukum-hukum
yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
Materi Pokok : Fluida
Indikator pencapaian hasil belajar :
1. Memformulasikan hukum dasar fluida
statik
2. Menerapkan hukum dasar fluida statik
pada masalah fisika sehari-hari
3. Memformulasikan hukum dasar fluida
dinamik
4. Menerapkan hukum dasar fluida dinamik
pada masalah fisika sehari-hari.
Kemudian
indikator-indikator dirinci kembali menjadi TPK-TPK yang dapat dijadikan
patokan untuk melaksanakan program pembelajaran.
Jika diberikan hukum-hukum yang berhubungan
dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari, maka siswa kelas XI SMA akan dapat :
1. Menyebutkan minimal 2 hukum dasar
Fluida statik
2. Menjelaskan hukum utama hidrostatika
dengan benar
3. Menjelaskan tekanan hidrostatika
dengan benar
4. Menjelaskan hukum Pascal dengan
benar
5. Memberikan minimal 2 contoh hukum
Pascal dalam kehidupan sehari-hari
6. Menjelaskan hokum Archemedes dengan
benar
7. Memberikan minimal 2 contoh hukum
Archemedes dalam kehidupan sehari-hari
8. Menjelaskan masalah benda mengapung,
melayang dan tenggelam.
Rumusan
TPK yang lengkap memuat tiga komponen, yaitu:
a. Tingkah laku akhir (terminal
behavior)
Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang
diharapkan setelah seseorang seseorang mengalami proses belajar mengajar.
Disini tingkah laku ini harus menampakan diri dalam suatu perbuatan yang dapat
diamati dan diukur (observable and measuarable).
Contoh:
- Menuliskan kalimat perintah
- Mengalikan pecahan
persepuluhan,
- Menggambarkan kurva normal,
- Menyebutkan batas-batas
Daerah Istimewa Yogyakarta,
- Menerjemahkan bacaan bahasa
inggris kedalam bahasa Indonesia.
- Menceritakan kembali uraian
guru,
- Mendemonstrasikan cara
mengukur suhu,
- Mengutarakan pendapatnya
mengenai sesuatu yang dikemukakan guru.
- Menjelaskan hasil bacaan
dengan kalimat sendiri.
Dan lain-lain lagi yang berwujud kata kerja
perbuatan/operasional (action verb) yang diamati dan diukur.
b. Kondisi demonstrasi (condition of
demonstration or tes)
Kondisi demonstrasi adalah komponen TPK yang
menyatakan suatu kondisi atau situasi yang dikenakan kepada siswa pada saat ia
mendemonstrasikan tingkah laku akhir, misalnya:
- Dengan penulisan yang betul
- Urut dari yang paling tinggi
- Dengan bahasanya sendiri
Dengan demikian rangkaian kata-kata dalam
rumusan TPK menjadi:
- Siswa dapat menjumlahkan bilangan yang
terdiri dari puluhan dan satuan dengan penulisan yang betul.
- Siswa dapat menunjukan letak
gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah, urut dari yang paling tinggi.
- Siswa dapat menceritakan kembali isi
bacaan tentang kisah keluarga dengan bahasanya sendiri.
Kata-kata bercetak miring itulah yang
menunjukan standar keberhasilan.
c. Standar keberhasilan (standard
of performance)
Standar keberhasilan adalah komponen TPK yang
menunjukan seberapa jauh tingkat keberhasilan yang dituntut oleh penilai bagi
tingkah laku pelajar pada situasi akhir.
Tingkatan keberhasilan dapat dinyatakan dalam
jumlah maupun presentase, misalnya:
- Dengan 75% betul,
- Sekurang-kurangnya 5 dari 10,
- Tanpa kesalahan
Dengan tambahan tingkatan keberhasilan ini
maka bunyi rumusan TPK menjadi:
- Siswa dapat menjumlahkan bilangan yang
terdiri dari puluhan dan satuan tanpa kesalahan.
- Siswa dapat menunjukan kembali
kota-kota yang ada di Jawa Barat urut dari yang paling barat, dengan hanya 25%
kesalahan.
Yang umum dikerjakan sampai saat ini hanya
sampai tingkah laku akhir saja.
Pada
pedoman pelaksanaan kurikulum dijelaskan bahwa, dalam kegiatan belajar mengajar
guru diharuskan memperhatikan pula- keterampilan siswa dalam hal memperoleh
hasil, yakni memperoleh keterampilan tentang prosesnya. Pendekatan ini disebut
dengan istilah Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).
Keterampilan-keterampilan yang
dimaksud meliputi keterampilan dalam hal:
a. Mengamati,
b. Menginterprestasikan (menafsirkan) hasil pengamatan,
c. Meramalkan,
d. Menerapkan konsep,
e. Merencanakan penelitian,
f. Melaksanakan penelitian,
g. Mengkomunikasikan hasil penemuan.
Sesuai dengan tuntutan tersebut maka guru dalam merumuskan Tujuan
Instruksional Khusus harus mengundang apa yang dilakukan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar (keterampilan yang mana), bagaimana menunjukan kemampuan atau
hasilnya (tingkah laku) dan perolehannya. Untuk mempermudah tugas ini, dalam
buku GBPP kurikulum 1984. Tujuan instruksional umum yang termuat sudah
dirumuskan dalam satu rumusan yang menjelaskan:
a. Materi yang dipelajari,
b. Perilaku mengutarakan hasil,
c. Proses mencapaiannya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Seorang
guru dalam merencanakan pembelajaran dituntut untuk dapat merumuskan tujuan
pembelajaran secara tegas dan jelas.
2. Perumusan
tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu bagi guru maupun siswa
3. Saat
ini telah terjadi pergeseran dalam merumuskan tujuan pembelajaran dari
penguasaan bahan ke penguasan performansi.
4. Tujuan
pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam
perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
5. Tujuan
pembelajaran seyogyanya dirumuskan secara jelas, yang didalamnya mencakup
komponen: Audience, Behavior, Condition dan Degree.
B. Kritik dan saran
Demikian
yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis
banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Suparman, M. Atwi. 2004. Desain Instruksional,
Universitas Terbuka: Jakarta.
Agung, Anerlie Putri. 2010. Perumusan Tujuan
Pembelajaran. [Online]. www.blog.unsri.ac.id diakses tanggal 25 Maret 2014.