Kamis, 06 Oktober 2016

KARANGAN TENTANG KENAKALAN REMAJA



KENAKALAN REMAJA YANG SEMAKIN MARAJALELA
Pada zaman yang sangat berkembang seperti saat sekarang ini, di mulailah perubahan zaman yang inovatif sehingga menuntun setiap insan mulai mengenal jati dirinya sendiri. Tidak hanya dari segi pengetahuan dan pengalaman, namun ada beberapa faktor pendukung. Menurut para ahli terutama ahli yang menangani masalah yang menyangkut remaja. Dunia remaja saat ini sedang mengalami kemerosotan dalam berbagai aspek kehidupan. Keterkaitan hubungan antar seluruh aspek hampir semuanya tidak mendukung terciptanya suatu aspek menuju keharmonisan pada diri remaja. Berlangsungnya proses modernisasi sangat berpengaruh terhadap jati diri seorang remaja yang akan melangsungkan pengalamannya pada tingkat yang lebih kompleks. Di tambah lagi perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang pesat sehingga remaja dapat mengetahui informasi-informasi terkini dan dapat mempengaruhi aktivitasnya sehari-hari.       Pengaruh tersebut juga seharusnya dicegah agar tidak menular kepada generasi remaja selanjutnya yang memungkinkan melakukan hal yang tidak demikian.
Tingkah laku Para remaja saat ini juga sedang mengalami masa transisi dari remaja menuju ke tahap kedewasaan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi diri para remaja akibat pergaulan yang tidak sehat dan fiktif. Namun, semua itu terjadi akibat masa lalu remaja yang kelam dan mengakibatkan proses pengembangan terhadap mental remaja terganggu. Semua itu di mulai ketika para remaja memulai tahap perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Namun salah satu faktor  pendukungnya yaitu remaja tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah yang dia hadapi sehingga para remaja tersebut terbebani hingga akhirnya terganggunya mental selektif yang seharusnya muncul pada diri remaja tersebut. Perkembangan dunia pendidikan sangat berkembang dengan pesat dan merata diseluruh wilayah yang berada di Indonesia ini. Khususnya tingkat SMA/SLTA, siswa harus dapat mengendalikan emosional diri agar tetap di jalan yang benar dan tidak mengikuti gaya remaja yang tidak seharusnya.



Tidak hanya itu, namun perhatian guru terhadap siswa sangat berpengaruh besar terhadap kelancaran tingkah laku siswa . akibat dari kurangnya perhatian guru tersebut maka siswa menjadi malas belajar dan melawan guru serta melanggar aturan-aturan yang telah di berlakukan dari sekolah.  Jadi telah terlihat ketika perhatian guru yang kurang dapat mengakibatkan  tingkah laku siswa menjadi tidak terkendali dan siswa menjadi pembangkang. Keadaan seperti ini harus di tinjau kembali dan di respon oleh para guru dan staf pengajar lainnya. Di seluruh ibu kota provinsi maupun kabupaten.
Kenakalan remaja itu seperti: berpacaran, merokok , tidak mengikuti pelajaran, dan ada juga yang telah mengenal dunia narkoba. kurangnya bimbingan serta perhatian dari orang tua atau pun pihak guru, dan tayangan media cetak serta media elektronik yang tidak terkendali, dan pergaulan antar sesama teman sepergaulan atau lingkungan, yang seharusnya para remaja khususnya kaum pelajar dapat menempatkan dan menjadikan seluruh aspek yang ada di lingkungannya dengan penuh keseriusan. Itulah penyebab para remaja-remaja sekarang yang telah terpengaruh oleh media-media teknologi dan membuat mereka berfikiran ke arah yang lebih negative. Apalagi para remaja sekarang kebanyakan meminati dunia berpacaran,mereka membuat diri sendiri telah masuk ke dalam dunia remaja yang tergolong maksiat hingga akhirnya berdampak pada kelangsungan masa depan mereka. Apabila remaja itu dapat mengerti dampak dari pacaran tersebut di kalangan mereka, maka mereka akan berhati-hati dalam berpacaran dan dapat meneruskan cita-cita mereka sebagaimana harapan serta dukungan orang tua dapat agar meraih kesuksesan.
Kemudian untuk mengatasi kenakalan remaja sekarang ini maka guru dan orang tua harus dapat mengawasi dan membimbing anak agar menjadi cikal bakal bangsa Indonesia yang berguna bagi seluruh bangsa dan Negara ini. Ilmu keagamaan juga harus diberikan dari usia dini kepada anak agar tidak mudah terjerumus ke jalan yang salah, apabila telah ada tingkah laku anak yang kira-kira janggal atau tidak bertingkah laku yang aneh maka orang tua harus segera menangani itu dengan cara memberikan nasehat agar anak dapat terarah dan menjalani kehidupan sebagaimana mestinya. Dan disamping itu, nasehat tersebut juga dapat membangun ilmu takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sehingga para remaja mempunyai budi pekerti yang luhur. Kenakalan remaja saat ini harus diberantas agar tidak tersebar di kalangan remaja yang luas. Ini harus di atasi kembali oleh remaja-remaja tersebut dengan membangkitkan semangat jiwa dan kesadaran bahwa mereka memiliki tujuan dan tekad yang kuat untuk menjadi seseorang yang berguna nantinya. Masa lalu mereka yang kurang baik yang mereka alami ataupun masalah yang tidak teratasi harus di buang jauh-jauh agar tidak lagi tertanam dalam diri para remaja. Dan dampak psikologis harus di selesaikan sehingga remaja dapat mengubah prbadi yang lebih baik dan dapat menjadi seorang manusia yang kelak sukses di masa kelak dan meraih cita-citanya.

















 

MERUMUSKAN TPU MENJADI TPK



MERUMUSKAN TPU MENJADI TPK

       Description: http://unefa.ac.id/wp-content/uploads/2013/12/logo_unefa.png                 
       DISUSUN OLEH:
NAMA       : SARMALENNI   NAINGGOLAN
NIM            : 141202001
JURUSAN : BAHASA INDONESIA
M.K           : PERENCANAAN PEMBELAJARAN BI
DOSEN     : BILFERI HUTAPEA,SS,M.Pd.

TAHUN AJARAN 2016/2017
    UNIVERSITAS EFARINA

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, dengan harapan berguna bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Dalam penulisan makalah ini saya ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini, khususnya kepada bapak Bilferi Hutapea selaku dosen pengampu mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Saya merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran yang positif dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini dan pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat sekian dan terimakasih.


Penulis
SARMALENNI NAINGGOLAN







DAFTAR ISI
            BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Penulisan
D.    Manfaat penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Hakikat Tujuan Pembelajaran
B.     Klasifikasi Tujuan Pembelajaran
1.      Tujuan Pembelajaran Umum
2.      Tujuan Pembelajaran Khusus
C.     Pengembangan Tujuan Pembelajaran
1.      Merumuskan tujuan pembelajaran Umum
2.      Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas penting guru dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran  hendaknya diletakkan dan dijadikan titik tolak berfikir guru dalam menyusun sebuah Rencana Pembelajaran, yang akan mewarnai komponen-komponen perencanan lainnya. Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Seorang guru profesional harus merumuskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk perilaku siswa yang dapat diukur yaitu menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah mengikuti pelajaran. Berbicara tentang perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom yaitu tujuan pembelajaran pada ranah afektif, kognitif dan psikomotor. Tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara jelas. Pentingnya penguasaan guru tentang tata bahasa, karena dari rumusan tujuan pembelajaran itulah dapat tergambarkan konsep dan proses berfikir guru yang bersangkutan dalam menuangkan idenya tentang pembelajaran. Dari sekian banyak penjelasan maka penting untuk mengkaji hakikat dan pengenbangan atau perumusan tujuan pembelajaran oleh pendidik. Dengan pengetahuan tersebut maka proses pembelajaran di kelas akan terselenggara dengan baik dan terstruktur.
B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana hakikat dasar dari Tujuan Pembelajaran?
2.      Bagaimana Klasifikasi Tujuan Pembelajaran?
3.      Bagaimana cara mengembangkan atau merumuskan Tujuan Pembelajaran?
     C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah ini supaya ditujukan agar pembaca khususnya calon pendidik dan pendidik itu sendiri memahami hakikat, klasifikasi dan cara mengembangkan atau merumuskan tujuan Pembelajaran di kelas. Dengan hal itu dapat menjadi pengetahuan dan skill dasar dari proses pembelajaran bagi calon pendidik dan pendidik itu sendiri.
D. Manfaat Penulisan 
         Hasil penulisan di atas dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan bagi calon pendidik. Sehingga mengetahui hakikat dasar dari tujuan pembelajaran, klasifikasi tujuan pembelajaran serta cara mengembangkan atau merumuskan tujuan pembelajaran dalam mata kuliah Perencanaan  Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran merupakan penjabaran dari tujuan institusional dan tujuan kurikuler, tujuan pembelajaran lebih konkret dan lebih operasional yang pencapaiannya dibebankan kepada tiap pokok bahasan yang terdapat dalam tiap bidang studi. Terdapat beberapa pendapat tentang Pengertian Tujuan Pembelajaran menurut para tokoh antara lain:
a.   Suryosubroto, (1990: 20-21)
Tujuan pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh peserta belajar sesudah ia melewati kegiatan instruksional yang bersangkutan dengan berhasil.
b.   Robert F. Magner (1962)
Tujuan pembelajaran adalah tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi.
c.    Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981)
Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
d.   Fred Percival dan Henry Ellington (1984)
Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar.
e.    Goodlad, dalam Popham et al, (1969)
Tujuan Pembelajaran adalah Pernyataan tentang apa yang siswa harus mampu lakukan sebagai konsekuensi dari pembelajaran.
f.    Bloom (1956)
Tujuan Pembelajaran adalah Formulasi eksplisit tentang cara bagaimana siswa diharapkan akan diubah oleh proses edukatif.
g.    Mager (1975)
Tujuan pembelajaran adalah deskripsi dari kinerja yang guru inginkan dapat ditunjukkan oleh peserta didik sebelum guru dapat menganggap mereka kompeten. Sebuah tujuan lebih menggambarkan hasil yang diinginkan dari suatu pembelajaran, daripada proses pembelajaran itu sendiri.  Menurut Kaber (1988:11) tujuan instruksional spesifik dapat ditarik dari sumber pokok:
       a. dari tujuan umum, seluruh kegiatan sekolah
       b. dari tema (organizing center), topik yang dipelajari
       c. dari perkembangan keterampilan yang dipelajari secara kontinu, misalnya dalam bahasa.
Tujuan instruksional mengandung dua komponen yaitu komponen isi dan komponen proses. Komponen isi berfokus pada memperoleh fakta, konsep, prinsip-prinsip yang berhubungan dengan topik yang dipelajari. Sedangkan komponen proses menitikberatkan perhatian pada kegiatan, pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan topik. Jenis-jenis tujuan instruksional dapat digolongkan atas:
       a. Tujuan yang berbentuk tingkah laku (behavioral objectives)
       b. Tujuan yang berupa penampilan (peformance objective)
       c. Tujuan yang bersifat mengungkapkan diri (expressive objectives)
       d. Tujuan yang mengacu kepada ranah perilaku (domain refence objectives).
Dari sejumlah uraian tentang konsep tujuan tersebut secara garis besar yang dimaksud dengan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan atau rumusan tentang deskripsi tingkah laku atau kemampuan yang diharapkan dapat diperoleh dan dimiliki seseorang setelah melakukan atau menyelesaikan kegiatan pendidikan/belajar (sesuai dengan hirarkisnya).
Adapun fungsi tujuan pembelajaran antara lain :
a.       Panduan bagi guru untuk merancang pembelajaran.
b.      Panduan bagi guru untuk evaluasi.
c.       Panduan bagi siswa untuk memfokuskan belajarnya.
d.      Panduan untuk siswa dalam kaitan self assessment.
e.       Menunjukkan kepada orang lain apa yang kita nilai.
f.       Membantu hubungan antara guru dan pelajar karena dengan tujuan pembelajaran yang dinyatakan secara eksplisit siswa tidak dipaksa untuk menebak apa yang akan dipelajari.
g.      Meningkatkan kemungkinan untuk membuat fokus bahan belajar mandiri.
h.      Membuat guru mengajar lebih terarah dan terorganisir.
i.        Berkomunikasi dengan rekan tentang apa yang guru ajarkan kerjasama sehingga meningkatkan kerja sama tim dan dengan rekan-rekan.
j.        Membantu evaluasi program.
k.      Masukan bagi guru untuk berpikir hati-hati tentang apa yang penting dalam kegiatan pembelajarannya.
l.        Membantu menghindari pengulangan yang tidak perlu dalam mengajar.
m.    Menyediakan visibilitas dan akuntabilitas keputusan yang dibuat oleh guru dan siswa.
n.      Menyediakan model untuk penciptaan tujuan pemebelajaran bagi siswa.
o.      Membantu siswa membuat keputusan mengenai prioritas.
p.      Memberikan umpan balik kepada siswa apa tujuan telah yang dicapai.

B.     Klasifikasi Tujuan Pembelajaran
Kita dapat membedakan dua macam tujuan pembelajaran, yaitu: (1) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU), tujuan instruksional umum kata-katanya masih umum, belum dapat diukur. Contohnya Siswa memahami konsep zakat dalam ajaran agama Islam. (2) Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), Rumusan tujuan ini ditujukan pada (siswa), dengan langsung dapat diketahui (diukur) pada setiap kegiatan pengajaran berlangsung, dengan kata dan syarat-syarat tertentu. Berikut pembahasan tentang klasifikasi tujuan pembelajaran
1.      Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran umum (TPU) adalah tujuan pengajaran yang perubahan perilaku siswa yang belajar masih merupakan perubahan internal yang belum dapat dilihat dan diukur. Kata kerja dalam tujuan umum pengajaran masih pencerminan perubahan prilaku yang umumnya terjadi pada manusia, sehingga masih menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda. Contoh TPU: “setelah melakukan pelajaran siswa diharapan dapat memahami penjumlahan dengan benar”. Kata kerja “memahami penjumlahan” merupakan kata kerja- yang bersifat umum karena pemahaman penjumlahan dapat ditafsirkan berbeda. Tujuan Pembelajaran Umum lebih luas karena perlu dan harus dijabarkan lagi pada tujuan-tujuan yang lebih spesifik. Kata kerja yang digunakan untuk merumuskan tujuan pembelajaran umum adalah: memahami, mengetahui, mengenal dan sebagainya. Tujuan umum di sekolah-sekolah misalnya SD,SMP DAN SMA tidak perlu dirumuskan oleh guru karena telah ada dalam GBPP. Tujuan Pembelajaran Umum tingkat pencapaiannya mungkin dapat dicapai setelah dua atau tiga kali mengajar. Menurut Bloom ranah tujuan pembelajaran umum dibagi menjadi tiga ranah, Antara lain sebagai berikut :
a.       Kognitif
Kawasan kognitif ini meliputi tujuan pendidikan yang berkenaan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dalam keterampilan berfikir. Menurut Bloom pada tahun 1956, dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of Educational Objectives. Handbook I : Cognitive Domain yang diterbitkan oleh McKey New York telah membagi ranah (domain) kognitif menjadi beberapa bagian. Berikut adalah penjelasannya. Tujuan pembelajaran dalan ranah (domain) kognitif atau intelektual dibagi menjadi 6 tingkatan, dilambangkan dengan huruf C (cognitive). Secara umum, makin tinggi tingkatannya semakin rumit tujuan pembelajaran itu yaitu:
1)      Pengetahuan – C1
Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan sebagai kemampuan mengingat kembali materi yang telah dipelajari, misalnya: (a) pengetahuan tentang istilah; (b) pengetahuan tentang fakta khusus; (c) pengetahuan tentang konvensi; (d) pengetahuan tentang kecendrungan dan urutan; (e) pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori; (f) pengetahuan tentang kriteria; dan (g) pengetahuan tentang metodologi.
Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C1 (Cognitive 1 – Pengetahuan) Antara lain: mengutip,menyebutkan,menjelaskan,menggambar,membilang,mengidentifikasi,mendaftar dll.



2)      Pemahaman – C2
Pada level atau tingkatan kedua ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan memahami materi tertentu, dapat dalam bentuk: (a) translasi (mengubah dari satu bentuk ke bentuk lain); (b) interpretasi (menjelaskan atau merangkum materi); (c) ekstrapolasi (memperpanjang/memperluas arti/memaknai data).
Kata Kerja Operasional Level C2 Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C2 (Cognitive 2 – Pemahaman) antara lain: memperkirakan,menjelaskan,mengkategorikan,mencirikan,merinci,mengasosiasikan dll.
3)      Aplikasi – C3
Pada level atau tingkatan ketiga ini, aplikasi dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menerapkan informasi dalam situasi nyata.
Kata Kerja Operasional Level C3 Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C3 (Cognitive 3 – Aplikasi) antara lain: menugaskan,mengurutkan,menentukan,menerapkan,menyesuaikan,mengkalkulasi,memodifikasi dll.
4)      Analisis – C4
Analisis adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam taksonomi Bloom tentang ranah (domain) kognitif. Analisis ini merupakan kemampuan menguraikan suatu materi menjadi bagian-bagiannya. Kemampuan menganalisis dapat berupa: (a) analisis elemen (mengidentifikasi bagian-bagian materi); (b) analisis hubungan (mengidentifikasi hubungan); (c) analisis pengorganisasian prinsip (mengidentifikasi pengorganisasian/organisasi).
Kata Kerja Operasional Level C4. Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C4 (Cognitive 4 – Analisis) antara lain: menganalisis,mengedit,memecahkan,menegaskan,mendeteksi,mendiagnosis,menyeleksi,merinci,menominasikan dll.


5)      Sintesis – C5
Level kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai kemampuan untuk memproduksi. Tingkatan kognitif kelima ini dapat berupa: (a) memproduksi komunikasi yang unik; (b) memproduksi rencana atau kegiatan yang utuh; dan (c) menghasilkan/memproduksi seperangkat hubungan abstrak. Kata Kerja Operasional Level C5 Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C5 (Cognitive 5 – Sintesis) antara lain: mengabstraksi,mengatur,menganimasi,mengumpulkan,mengkategorikan,mengkode,mengombinasikan,menyusun dll.
6)      Evaluasi – C6
Level ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif adalah evaluasi. Kemampuan melakukan evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai ‘manfaat’ suatu benda/hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Paling tidak ada dua bentuk tingkat (level) evaluasi menurut Bloom, yaitu: (a) penilaian atau evaluasi berdasarkan bukti internal; dan (2) evaluasi berdasarkan bukti eksternal.
Kata Kerja Operasional Level C6. Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C6 (Cognitive 6 – Evaluasi) antara lain: membandingkan,menyimpulkan,menilai,mengarahkan,mengkritik,menimbang,memutuskan,memisahkan,memprediksi,memperjelas dll.
b.      Afektif
Ranah  ini  mencakup sasaran  yang  menyangkut  sikap,  penghargaan,  nilai,  dan  emosi, menikmati,  memelihara,  menghormati.  Krathwohl  dkk.  (1985) menyusun ranah afektif dalam 5 jenjang, yaitu:
  1) Menerima  (receiving),  yakni  kemauan  untuk  memperhatikan suatu  kejadian  atau  kegiatan. 
Contoh:  mendengarkan, menyadari, mengamati, hati-hati  terhadap, peka terhadap, dan toleran terhadap.
 2) Menanggapi  (responding),  yakni mau  bereaksi  terhadap  suatu kejadian dengan  berperan  serta. Contoh:  menjawab, menanggapi,  mengikuti,  menyetujui,  menuruti  perintah,  dan berminat terhadap.
3)  Menilai (valuing), mau menerima atau menolak suatu kejadian melalui  pengungkapan  sikap positif  atau  negatif. Contoh: memperoleh,  mengandaikan,  mendukung,  ikut  serta, meneruskan, mengabdikan diri.
4)  Menyusun  (organizing), bila  siswa berhadapan dengan  situasi yang  menyangkut  lebih  dari  satu  nilai,  dengan  senang  hati mengatur  nilai-nilai  tersebut,  menentukan  hubungan  antara berbagai  nilai  tersebut,  dan menerima  bahwa  ada  nilai  yang lebih tinggi daripada yang  lain dari segi pentingnya bagi siswa perseorangan. 
Contoh:  mempertimbangkan,  memutuskan, membuat rencana, dan  mempertimbangkan alternatif.
5)   Pembentukan  sifat melalui  nilai  (characterization  by  value  or value  complex),  siswa  secara  konsisten  mengikuti  nilai  yang berlaku dan menganggap  tingkah  laku  ini  sebagai bagian dari sifatnya. 
      Contoh:  percaya  akan,  mempraktekkan,  terus melakukan,  mengerjakan,  bertindak  menurut  tata  nilainya sendiri.
c.       Psikomotor
Ranah  ini  membahas  keterampilan  yang  membutuhkan penggunaan  dan  koordinasi  otot  tubuh,  seperti  dalam  kegiatan jasmani  dalam  melaksanakan,  mengolah,  dan  membangun. Klasifikasi  ranah  ini  yang  paling  mudah  dimengerti  adalah sebagaimana  taksonomi yang dikembangkan oleh Harrour (Kemp, 1985) dengan 6 jenjang sebagai berikut:
 1) Gerakan  refleks,  merupakan  reaksi  otot  secara  tidak  sadar terhadap  rangsangan,  suatu  gerakan  naluriah  dan  tidak dipelajari.
 2) Gerakan pokok mendasar, merupakan pola gerakan tubuh yang didasarkan  pada  gerakan  refleks  dan  merupakan  dasar  bagi semua  kegiatan  psikomotor  normal.  Contoh:  berjalan,  berlari, meloncat, menggapai, memegang.
 3) Kemampuan  menghayati,  melibatkan  kesadaran  kinestetik, seperti  perubahan keseimbangan  badan,  pembedaan pandangan  atau  pendengaran,  pembedaan  rasa  rabaan  atau sentuhan, dan koordinasi gerakan mata-tangan dan mata-kaki.
Contoh:  berputar, membungkuk, menyeimbangkan, menyepak bola.
 4)  Kemampuan  jasmani,  termasuk dalam kategori  ini adalah daya tahan, kekuatan,  keluwesan  dan  kelincahan  gerak.  Gerakan yang sangat terampil tidak bisa dibentuk tanpa dasar yang kuat dalam berbagai kemampuan tersebut.
 5) Gerakan yang menunjukkan keterampilan, yakni tindakan yang rumit  dengan  efisien,  di mana  beberapa macam  gerakan  yang rumit  tersebut  kalau  dilatih  menghasilkan  gerakan  yang menunjukkan  keterampilan  dengan  luwes  dan  indah. 
Contoh:  memainkan  alat  musik,  mengemudikan  kendaraan, memperbaiki  mesin  dan  sebagainya.  Dalam  kategori  ini terdapat  suatu  gerakan  yang  merupakan komunikasi berkesinambungan  dari  gerakan  jasmani  yang  bersifat  refleks yang  merupakan  hasil  belajar,  sebagai  misal  adalah  gerakan penafsiran dalam bentuk kesenian yang indah atau kreatif.

2.      Tujuan Pembelajaran Khusus
Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah tujuan pengajaran dimana perubahan prilaku telah dapat dilihat dan diukur. Kata kerja yang menggambarkan perubahan prilaku telah spesifik sehingga memungkinkan dilakukan pengukuran tanpa menimbulkan lagi berbagai perbedaan penafsiran. Misal TIK yang dirumuskan sbb “Siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap kebudayaan nasional”, dapat lebih dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan membuktikan penghargaannya terhadap seni tari nasional dengan ikut membawakan suatu tarian dalam perpisahan kelas”. Tujuan pembelajaran khusus ialah tujuan yang dirumuskan oleh guru. Tujuan tersebut harus dapat dicapai setelah mengikuti satu kali proses pembelajaran.
Robert H. Davis(1974) menggambarkan bahwa tujuan pembelajaran khusus memiliki komponen-komponen yaitu:
a.       Temrinal Behavior, menggambarkan pernyataan atau deskripsi hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
b.      Condition, menggambarkan kondisi yang diperlukan siswa untuk mendemonstrasikan perlakunya.
c.       Standar, menggambarkan tingkatan minimal dari performance yang dapat diterima sebagai bukti bahwa siswa telah mencapai tujuan.

C.    Pengembangan Tujuan Pembelajaran
      1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Umum
Untuk merumuskan Tujuan Pembelajaran Umum dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  a. Membuat sejumlah TPU (tujuan instruksional umum) untuk setiap mata pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan. Di dalam kurikulum tahun 1975 maupun 1984, TPU ini sudah tercantum dalam buku Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Dalam merumuskan TPU digunakan kata kerja yang sifatnya masih umum dan tidak dapat diukur karena perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri manusia (intern).
  b. Dari masing-masing TPU dijabarkan menjadi TIK yang rumusannya jelas, khusus, dapat diamati, terukur dan menunjukan perubahan tingkah laku.
Contoh-contoh rumusan untuk TPU:
- Memahami teori evolusi
- Mengetahui perbedaan antara skor dan nilai.
- Mengerti cara mencari validitas.
- Menghayati perlunya penilaian yang tepat.
- Menyadari pentingnya mengikuti kuliah dengan teratur.
- Menghargai kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes.
Dalam contoh ini digunakan kata-kata kerja: memahami, mengetahui, mengerti, menghayati, menyadari, menghargai, dan masih ada beberapa lagi yang sifatnya masih terlalu umum sehingga penafsirannya dapat berbeda antara orang yang satu dengan yang lain.
Contoh:
Mahasiswa mengerti cara mencari validitas suatu soal. Bagaimanakah kita tahu ia mengerti? Apakah karena pada waktu diterangkan dia tampak mengangguk-anggukkan kepala? Boleh jadi dia mengangguk-anggukkan kepalanya hanya merupakan suatu usaha agar tidak dikatakan mengantuk atau sedang melamunkan sesuatu. Tampaknya mengangguk mereaksi kuliah, tetapi angannya melayang.
Atas dasar semua keterangan ini maka agar dalam mengadakan evaluasi terlihat hasilnya, TPU ini perlu diperinci lagi sehingga menjadi jelas dan tidak disalahtafsirkan oleh beberapa orang.
2.      Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
Menurut Suparman (2004), mengembangkan atau merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK) merupakan: (1) Dasar dan pedoman bagi seluruh proses pengembangan tujuan pembelajaran selanjutnya (perumusan TPK merupakan titik permulaan sesungguhnya dari proses pengembangan pembelajaran); (2) Alat untuk menguji validitas isi tes (isi pelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan apa yang akan dicapai); (3) Arah proses pengembangan pembelajaran karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai peserta didik pada akhir proses pembelajaran. 
Menurut Knirk dan Gustafson dalam Hernawan (2005) dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus hendaknya harus mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal dengan singkatan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree). 
a. Audience = A 
Yaitu siswa yang belajar untuk mencapai tujuan. Artinya tujuan yang dirancang untuk siswa bukan guru. Oleh sebab itu komponen siswa harus selalu ada pada setiap perumusan TPK. Contohnya: siswa kelas 1, siswa kelas 6 dan sebagainya. 
b. Behavior = B 
Yaitu kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Komponen ini terdiri atas kata kerja yang menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan materi yang dipelajari siswa. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam bentuk kata kerja operasional seperti menjelaskan, memberi contoh, menyusun, membuat, merakit,menunjukkan, mengenal dan sebagainya. Contohnya: membuat larutan oralit, menunjukkan letak ibukota propinsi dan sebagainya. 



c. Condition = C 
Yaitu keadaan yang dipersyaratkan ketika siswa diminta menunjukkan atau mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan yang diharapkan. Contohnya: “diberikan sejumlah data, siswa dapat….”(ini berarti bahwa pada saat kita meminta siswa menunjukkan kemampuan tersebut kita harus menyediakan data) atau “dengan menggunakan rumus ABC, siswa dapat….” (ini berarti siswa dianggap sudah menguasai kemampuan tersebut apabila siswa melakukannya dengan menggunakan rumus ABC. Apabila tidak menggunakan rumus ABC berarti siswa belum menguasai tujuan tersebut). 
d. Degree = D 
Yaitu tingkat ukuran yang dicapai untuk menentukan keberhasilan atau penguasaan siswa terhadap tingkah laku khusus yang ditetapkan. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dapat dianggap diterima. Contohnya: “siswa dapat menjelaskan lima karakteristik pemimpin yang demokratis” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut jika hanya mampu menjelaskan dua atau tiga karakteristik tersebut) atau “siswa dapat menjelaskan dua alasan penting transmigrasi” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut bila siswa hanya mampu menjelaskan satu alasan saja). 
Menurut Suparman (2004) komponen dalam TPK yaitu ABCD tidak selalu tersusun sebagai ABCD tetapi sering kali CABD dan biasanya dalam praktek sehari-hari TPK hanya mengandung dua komponen yaitu A dan B kadang-kadang tiga komponen yaitu A,B, dan D. Berikut diberikan contoh TPK dengan rumusan komponen selengkapnya, yaitu: “Jika diberi kalimat aktif dalam bahasa Indonesia, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester III akan dapat menterjemahkannya dalam kalimat fasif bahasa Inggris paling sedikit 80% benar”. Dari contoh TPK ini komponen tersusun sebagai CABD dimana diberikan kalimat aktif merupakan komponen Condition, mahasiswa merupakan komponen Audience, dapat menterjemahkannya merupakan komponen Behavior dan 80% benar merupakan komponen degree.


Contoh Perumusan TPK : 
Siswa kelas XI IPA akan dapat menjelaskan minimal dua aplikasi azas Bernoulli dalam kehidupan sehari-hari jika diberikan azas Bernoulli,”. 
Dari TPK ini komponen tersusun sebagai ABDC dimana sisiwa merupakan komponen Audience, dapat menjelaskan merupakan komponen Behavior dan minimal dua merupakan komponen degree dan diberikan merupakan komponen Condition, 
Berikut diberikan contoh merumuskan suatu tujuan pembelajaran berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar 
Mata Pelajaran : Fisika 
Kelas/semester : XI/2 
Kompetensi dasar : Menganalisa hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari 
Materi Pokok : Fluida
Indikator pencapaian hasil belajar : 
1.      Memformulasikan hukum dasar fluida statik 
2.      Menerapkan hukum dasar fluida statik pada masalah fisika sehari-hari 
3.      Memformulasikan hukum dasar fluida dinamik 
4.      Menerapkan hukum dasar fluida dinamik pada masalah fisika sehari-hari.
Kemudian indikator-indikator dirinci kembali menjadi TPK-TPK yang dapat dijadikan patokan untuk melaksanakan program pembelajaran. 
Jika diberikan hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, maka siswa kelas XI SMA akan dapat : 
1.      Menyebutkan minimal 2 hukum dasar Fluida statik 
2.      Menjelaskan hukum utama hidrostatika dengan benar
3.      Menjelaskan tekanan hidrostatika dengan benar 
4.      Menjelaskan hukum Pascal dengan benar 
5.      Memberikan minimal 2 contoh hukum Pascal dalam kehidupan sehari-hari 
6.      Menjelaskan hokum Archemedes dengan benar 
7.      Memberikan minimal 2 contoh hukum Archemedes dalam kehidupan sehari-hari 
8.      Menjelaskan masalah benda mengapung, melayang dan tenggelam.
Rumusan TPK yang lengkap memuat tiga komponen, yaitu:
a.       Tingkah laku akhir (terminal behavior)
Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah seseorang seseorang mengalami proses belajar mengajar. Disini tingkah laku ini harus menampakan diri dalam suatu perbuatan yang dapat diamati dan diukur (observable and measuarable).
Contoh:
Menuliskan kalimat perintah
Mengalikan pecahan persepuluhan,
Menggambarkan kurva normal,
Menyebutkan batas-batas Daerah Istimewa Yogyakarta,
Menerjemahkan bacaan bahasa inggris kedalam bahasa Indonesia.
Menceritakan kembali uraian guru,
Mendemonstrasikan cara mengukur suhu,
Mengutarakan pendapatnya mengenai sesuatu yang dikemukakan guru.
Menjelaskan hasil bacaan dengan kalimat sendiri.
Dan lain-lain lagi yang berwujud kata kerja perbuatan/operasional (action verb) yang diamati dan diukur.



b.      Kondisi demonstrasi (condition of demonstration or tes)
Kondisi demonstrasi adalah komponen TPK yang menyatakan suatu kondisi atau situasi yang dikenakan kepada siswa pada saat ia mendemonstrasikan tingkah laku akhir, misalnya:
- Dengan penulisan yang betul
- Urut dari yang paling tinggi
- Dengan bahasanya sendiri
Dengan demikian rangkaian kata-kata dalam rumusan TPK menjadi:
- Siswa dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan dengan penulisan yang betul.
- Siswa dapat menunjukan letak gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah, urut dari yang paling tinggi.
- Siswa dapat menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah keluarga dengan bahasanya sendiri.
Kata-kata bercetak miring itulah yang menunjukan standar keberhasilan.
c.       Standar keberhasilan (standard of performance)
Standar keberhasilan adalah komponen TPK yang menunjukan seberapa jauh tingkat keberhasilan yang dituntut oleh penilai bagi tingkah laku pelajar pada situasi akhir.
Tingkatan keberhasilan dapat dinyatakan dalam jumlah maupun presentase, misalnya:
- Dengan 75% betul,
- Sekurang-kurangnya 5 dari 10,
- Tanpa kesalahan
Dengan tambahan tingkatan keberhasilan ini maka bunyi rumusan TPK menjadi:
- Siswa dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan tanpa kesalahan.
- Siswa dapat menunjukan kembali kota-kota yang ada di Jawa Barat urut dari yang paling barat, dengan hanya 25% kesalahan.
Yang umum dikerjakan sampai saat ini hanya sampai tingkah laku akhir saja.
Pada pedoman pelaksanaan kurikulum dijelaskan bahwa, dalam kegiatan belajar mengajar guru diharuskan memperhatikan pula- keterampilan siswa dalam hal memperoleh hasil, yakni memperoleh keterampilan tentang prosesnya. Pendekatan ini disebut dengan istilah Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).
           Keterampilan-keterampilan yang dimaksud meliputi keterampilan dalam hal:
a. Mengamati,
b. Menginterprestasikan (menafsirkan) hasil pengamatan,
c. Meramalkan,
d. Menerapkan konsep,
e.  Merencanakan penelitian,
f.  Melaksanakan penelitian,
g. Mengkomunikasikan hasil penemuan.
Sesuai dengan tuntutan tersebut maka guru dalam merumuskan Tujuan Instruksional Khusus harus mengundang apa yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar mengajar (keterampilan yang mana), bagaimana menunjukan kemampuan atau hasilnya (tingkah laku) dan perolehannya. Untuk mempermudah tugas ini, dalam buku GBPP kurikulum 1984. Tujuan instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam satu rumusan yang menjelaskan:
a. Materi yang dipelajari,
b. Perilaku mengutarakan hasil,
c. Proses mencapaiannya



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.   Seorang guru dalam merencanakan pembelajaran dituntut untuk dapat merumuskan tujuan pembelajaran secara tegas dan jelas.
2.   Perumusan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu bagi guru maupun siswa
3.   Saat ini telah terjadi pergeseran dalam merumuskan tujuan pembelajaran dari penguasaan bahan ke penguasan performansi.
4.   Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
5.   Tujuan pembelajaran seyogyanya dirumuskan secara jelas, yang didalamnya mencakup komponen: Audience, Behavior, Condition dan Degree.

B.     Kritik dan saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi  memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Suparman, M. Atwi. 2004. Desain Instruksional, Universitas Terbuka: Jakarta. 
Agung, Anerlie Putri. 2010. Perumusan Tujuan Pembelajaran. [Online]. www.blog.unsri.ac.id diakses tanggal 25 Maret 2014.
Faiq, Muhammad. 2013. Merumuskan Tujuan Pembelajaran. [Online]. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/01/tujuan-pembelajaran.html diakses tanggal 25 Maret 2014.
Nst, Haris. 2013. Tujuan Instruktional Umum dan Tujuan Instruksional Khusus. [Online]. http://harisnst33.blogspot.com/2013/01/tujuan-instruksional-umum-dan-tujuan_7148.html diakses tanggal 25 Maret 2014.