Senin, 30 Mei 2016

kaidah sastra



KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Teori Sastra, dengan harapan berguna bagi penyusun dan pembaca pada umumnya.
Dalam penulisan makalah ini saya ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini, khususnya kepada Ibu Intan Maulina,S.Pd.,M.S selaku dosen pengampu mata kuliah Teori Sastra. Saya merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran yang positif dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini dan pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.sekian dan terimakasih.




Penulis
SARMALENNI NAINGGOLAN





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Karya sastra sebagai karya kreatif tentu saja membuka peluang bagi kita untuk berinovasi dan berkreasi dalam ruang yang lebih bebas dan luas.Bebas dan luas dalam hal ini bukan berarti tanpa aturan dan batas, Sastra memberikan peluang kepada kita untuk bermain di wilayah-wilayah abu-abu atau perbatasan. Kita dapat bermain melawan struktur tata bahasa yang biasa kita gunakan di dalam jenis tulisan lain nonsastra.Akan tetapi, karya sastra tentu harus memiliki keterbacaan di dalam kadar tertentu. Oleh sebab itu, ia memiliki aturan-aturan, dan tentu saja tata bahasa di dalamnya. Ketika kita membaca sebuah novel, cerpen, drama, bahkan puisi sekalipun, tentu di dalamnya ada persoalan tata bahasa.Akan tetapi, karena sastra merupakan tindak bahasa kreatif, penggunaan tata bahasa di dalam karya sastra tidak sekaku di dalam karya ilmiah atau karya lain nonfiksi.
Cerpen yang baik, misalnya, tentu ia harus memiliki keterbacaan yang sangat tinggi. Dalam sudut pandang bahasa, ia harus terdiri atas kalimat-kalimat lengkap yang memiliki makna utuh yang dapat dicerna pembaca, memiliki kohesi dan koherensi antarkalimat dan antarparagraf. Memiliki kohesi artinya memiliki kesinambungan yang ditandai dengan konjungsi.Memiliki koherensi artinya memiliki makna yang berkelanjutan dan runut antarkalimat dan paragraf-paragrafnya.Di dalam cerpen bergenre surealis sekalipun, hal-hal ini harus tetap terpenuhi.Misalnya karya-karya Danarto (di dalam kumpulan cerpen Godlob, Adam Makrifat) sekalipun.Karya-karya tersebut memiliki keterbacaan yang tinggi karena memenuhi ketentuan tata bahasa yang baik.
Hal ini bisa kita lihat di dalam puisi sekalipun.Penyair di dalam menulis puisi memang memiliki licentia poetica atau hak untuk melanggar tata bahasa.Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa para penyair tidak memahami tata bahasa. Para penyair melakukan atau menggunakan hak licentia poetica karena mereka memahami betul tata bahasa dan penggunaan bahasa yang baik seperti apa.
B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan Kaidah Sastra?
2.      Bangaimanakah kreativitas dalam Kaidah Sastra?
3.      Bangaimanakah Tegangan (Suspense) dalam Kaidah Sastra?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui pengertian Kaidah Sastra.
2.      Mengetahui kreativitas dalam Kaidah Sastra.
3.      Mengetahui Tegangan (Suspense) dalam Kaidah Sastra.

                           D.  Manfaat Penulisan 

Hasil penulisan di atas dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat luas. Sehingga mengetahui pengertian kaidah sastra, mengetahui kreativitas dalam kaidah sastra, dan mengetahui tegangan (suspense) dalam  kaidah sastra.









BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR SASTRA
Sastra merupakan salah satu hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia.Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni.Keberadaan sastra dalam kehidupan manusia telah menyedot perhatian dari para penikmat seni.Sebagai salah satu seni, sastra memiliki konsep dasar yang menjadikan sastra berbeda dengan seni lainnya. Ada empat konsep yang akan dibahas dalam makalah  ini, yaitu: (1) kaidah sastra; (2) kreativitas; dan (3) tegangan(suspense); . Ketiga  konsep tersebut adalah sebagai berikut ini.
1. Kaidah Sastra
       Waluyo, (1994: 56-58) mengatakan bahwa kaidah sastra atau daya tarik sastra terdapat pada unsur-unsur karya sastra tersebut.Pada karya cerita fiksi, daya tariknya terletak pada unsur ceritanya yakni cerita atau kisah dari tokoh-tokoh yang diceritakan sepanjang cerita yang dimaksud.Selain itu, faktor bahasa juga memegang peranan penting dalam menciptakan daya pikat.Kemudian gayanya dan hal-hal yang khas yang dapat menyebabkan karya itu memikat pembaca. Khusus pada cerita fiksi, ada empat hal lagi yang membantu menciptakan daya tarik suatu cerita rekaan, yaitu: (1) kreativitas; (2) tegangan (suspense); (3) konflik; dan (4) jarak estetika. Uraian keempatnya sebagaimana dikutip dari Waluyo (1994:58-60) berikut ini.
Bahasa Indonesia memiliki kaidah ejaan dan pembentukan istilah yang sudah distandarkan, kaidah pembentukkan kata yang sudah tepat itu dianggap sudah baku, namun dalam pelaksananya(kehidupan sehari-hari) patokan itu belum mantap.
Masih banyak orang yang bertanya-tanya berbahasa Indonesia yang baik dan benar itu yang bagaimana?
Orang yang berbahasa, dengan maksud hati mencapai sasarannya, apapun jenisnya dianggap sudah berbahasa dengan efektif.Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik dan benar.Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu beragam baku. Dalam kegiatan tawar-menawar dipasar misalnya penggunaan ragam bahasa baku hanya akan menimbulkan keheranan dan kegelian. Oleh karena itu mungkin saja kita berbahasa yang baik tapi belum tentu benar.Anjuran agar kita berbahasa yang baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang baik.

2. Kreativitas
Kreativitas dapat menjadikan seorang penulis mampu memunculkan ide-ide baru dan mengolah ide itu sehingga menjadi ide yang matang dan utuh.Dengan daya kreativitas, seorang penulis selalu mendayagunakan pemakaian bahasa agar karya-karyanya berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Dengan daya kreativitas, seorang penulis dapat memanfaatkanpengetahuan bersastranya untuk menghasilkan karya sastra yang berciri lain.
Kreativitas bisa mengacu pada pengertian hasil yang baru, berbeda dengan yang pernah ada (Roekhan, 1991).Misalnya, puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang menunjukkan ciri-ciri yang berbeda dengan karya-karya sebelumnya.Banyak yang mengira bahwa kreativitas itu banyak ditentukan oleh bakat dan kemampuan bawaan. Ini tidak sepenuhnya benar, karena kreativitas ditentukan oleh perpaduan unsur-unsur seperti:
ü  kemampuan berpikir kritis,
ü  kepekaan emosi,
ü  bakat,
ü    dayaimajinasi.
Dengan berpikir kritis orang tidak mudah merasa puas dengan apa yang telah ada. Dengan berpikir kritis, jiwa akan hidup karena didorong terus untuk mencari kemungkinan-kemungkian lain. Kepekaan emosi menjadikan penyair dapat merasakan sesuatu yang terjadi di sekitarnya.Bakat dapat memperkuat daya kreativitas seseorang tetapi bukan satu-satunya unsur yang menentukan. Sebab, bakat tidak akan berarti jika tidak diasah dan dilatih terus menerus. Daya imajinasi memungkinkan seorang penyair menciptakan sebuah gambaran yang utuh dan lengkap dalam fantasinya.
TahapanKreativitas terdiri atas beberapa tahap, antara lain:
ü  pemunculan ide,
ü  pengembangan ide,dan
ü  penyempurnaan ide.
Kunci utama yang harus disiapkan oleh penulis adalah ide (Kinoysan, 2007).
Ide sering muncul di sembarang tempat dan waktu.Munculnya ide tidak dapat diramalkan.Ide sering melintas dengan cepat dan menghilang lagi.Untuk itu ide yang ditangkap harus segera dicatat.Pencatatan ide harus dilakukan secara rinci. Ide yang muncul dalam benak penulis dapat berupa pengalaman dan pengetahuan sendiri atau pengalaman orang lain. Pengalaman dan pengetahuan tersebut bisa berkenaan dengan bidang keagamaan, kesenian, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan lain-lain.
Ide juga dapat muncul dengan cara dirangsang. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk merangsang pemunculan ide antara lain:
a.       mempelajari ide orang lain,
b.      meningkatkan pengetahuan dan pengalaman,
c.       menciptakan suasana yang menunjang (santai, bebas dari rasa malu dan takut),
d.      merenung,
e.       sering berlatih,dan
f.       terus berlatih berpikir kritis dan asosiatif (Roekhan, 1991:9).
Pengembangan ide dapat dibantu dengan:
ü  melakukan perincian,
ü  banyak membaca,
ü  menambah pengalaman,
ü  banyak merenung,
ü  banyak melakukan diskusi, dan
ü  mengamati sesuatu secara langsung.
Ide yang samar-samar dan tidak lengkap dapt dirinci unsur-unsurnya.Masing-masing unsur kemudian dijabarkan lagi sehingga ide menjadi lebih jelas dan sempurna.Bacaan memperkaya wawasan seseorang. Melalui bacaan seseorang dapat mengetahui apa saja yang mungkin tidak dialaminya secara langsung. Ide yang samar-samar dapat diperjelas dengan cara terjun langsung dalam kehidupan yang akan digambarkan. Dengan merenung orang akan mengungkap kembali seluruh pengetahuan dan pengalamannya yang relevan dengan ide yang sedang digarapnya. Diskusi merupakan ajang saling bertukar pengetahuan dan pengalaman, sehingga suatu ide menjadi lebih jelas karena ditinjau dari berbagai sudut pandang.Dengan mengamati secara langsung orang daapt melihat suatu objek dengan lebih jeli dan lengkap.
Ide yang dilahirkan biasanya tidak langsung utuh dan sempurna.Untuk itu seorang penulis harus membaca kembali karya yang dihasilkan dan bila perlu memperbaiki karyanya itu. Untuk menyempurnakan ide penulis dapat melakukannya sendiri atau menyuruh orang lain untuk membaca dan memperbaikinya.

3. Tegangan (suspense)
Tidak mungkin ada daya tarik tanpa menciptakan tegangan dalam sebuah cerita.Jalinan cerita yang menimbulkan rasa ingin tahu yang besar dari pembaca merupakan tegangan cerita itu.Tegangan bermula dari ketidakpastian cerita yang berlanjut, yang mendebarkan bagi pembaca /pendengar cerita. Tegangan menopang keingintahuan pembaca akan kelanjutan cerita. Tegangan diakibatkan oleh kemahiran pencerita di dalam merangkai kisah seperti yang sudah dikemukakan           di         depan.
Tanpa tegangan, cerita tidak memikat.penulis/pencerita yang mahir akan memelihara tegangan itu, sehingga mampu mempermainkan hasrat ingin tahu pembaca. Bahkan kadang¬kadang segenap pikiran dan perasaan pembaca terkonsentrasikan ke dalam cerita itu, karena kuatnya tegangan yang dirangkai oleh sang penulis. Dalam menjawab hasrat ingin tahu pembaca/ pendengar, penulis/pencerita memberikan jawaban-jawaban yang mengejutkan. Tinggi rendahnya kadar kejutan itu bergantung dari kecakapan dan kreativitas pengarang. Penga¬rang-pengarang cerita rekaan besar seperti Agata Christie, Sherlock Holmes, Pramudya Ananta Toer, dan sebagainya mampu mencip¬takan jawaban-jawaban cerita yang penuh kejutan sehingga cerita¬nya memiliki suspense yang memikat.
Dalam sastra, kata-kata tidak berperan sebagai pembentuk pernyataan logis-kognitif, melainkan sebagai kuas untuk melukis, citra untuk merangsang imajinasi atau sensasi, permainan simbol yang menyeret kita masuk dan merasakan kompleksitas pengalaman.Itu pendapat kelompok New Criticism Amerika, yang saya kira penting.Dan ini agak paralel dengan arah kaum Post-strukturalis yang melihat kekuatan karya sastra dalam subversi logikanya, dalam percampuran kode semiotisnya yang tak terduga, dalam pergeseran-pergeseran makna yang dimainkannya lewat dialog, monolog atau narasi.

Pemikiran dan inspirasi baru muncul kembali setiap kali hanya karena cara memperkatakannya yang berbeda, karena sudut pandang yang digunakan, karena imaji-imaji tak lazim yang dimainkannya. Imajinasi manusia yang teramat kaya setiap kali menemukan cara uniknya sendiri yang berbeda untuk mengungkapkan kebenaran terdalam yang sama, kebenaran yang mungkin abadi, kendati juga selalu tersembunyi.
Banyak cerpen yang keasyikan terhanyut dalam pergumulan konseptual sehingga pengemasan dalam bahasa dan pengorganisasian komponen-komponennya tak cukup tergarap.Akibatnya, cerpen-cerpen itu, kendati secara intelektual tampak cerdas dan sesekali mengejutkan, toh tidak sungguh menyengat perasaan, tidak menggelembungkan imajinasi ataupun menggedor kesadaran.Kekuatan cerpen bisa diletakkan pada daya puitiknya. Puitik dalam artian : hemat, tepat dan dasyat. Artinya, kemampuan melahirkan sugesti dasyat lewat konstruksi linguistik singkat ; menimbulkan efek maksimal dengan upaya minimal. ‘Puitik’ bisa berarti pula melukiskan tanpa menjelaskan, atau juga cerdik membetot suatu fenomen ke ruang dalamnya yang paling pelik, dan sebaliknya, ke ruang luarnya yang paling kosmik, hanya dengan menggenjot efisiensi dan kekuatan kata. Cerpen bukanlah novel. Sifatnya yang pendek justru memaksa penulis untuk menimbulkan efek maksimal dengan cara minimal.
Puitik bersandar pada kecerdikan mengambil sudut pandang, menata alur, dan melukiskan interioritas dan suasana secara dasyat lewat bahasa sederhana, tanpa frasa keriting yang pelik, tanpa pelintiran kata yang mengada-ada.Puitik lantas adalah soal kecerdasan penggunaan tanpa batas sistem linguistik yang serba terbatas.Puitisasi bisa juga dilakukan dengan siasat surealis, yaitu meletakkan semua komponen pada latar situasi yang tak masuk akal, serupa alam impian.Keuntungan strategis macam ini adalah bahwa penulis mempunyai peluang lebih bebas untuk menciptakan suasana, alur, maupun karakter semaunya, tanpa terlampau terikat hukum logika.
Cerpen bisa pula memberi tekanan pada suasana yang bersifat impresionis : kelebatan-kelebatan kesan yang melayang, tetapi meninggalkan jejak-jejak misteri yang menawan dan mendalam.Menulis cerpen tampaknya memang bisa lebih berat daripada menulis novel, sekurang-kurangnya dalam hal menyiasati berbagai komponen (alur, karakter, konflik, suspens, gagasan dan sebagainya) menjadi bentukan yang ringkas, padat, tepat dan berefek dasyat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kaidah sastra  mencakup beberapa  unsur penting: 1). kreativitas, 2). Tegangan (suspense), 3).Konflik, dan 4) jarak estetika. 1)  Kreativitas bisa mengacu pada pengertian hasil yang baru, berbeda dengan yang pernah ada. Kreativitas terdiri atas beberapa tahap, antara lain: a) pemunculan ide, b) pengembangan ide, dan c) penyempurnaan ide. 2) Tegangan (suspense). Tanpa tegangan, cerita tidak memikat.penulis/pencerita yang mahir akan memelihara tegangan itu, sehingga mampu mempermainkan hasrat ingin tahu pembaca. Bahkan kadang¬kadang segenap pikiran dan perasaan pembaca terkonsentrasikan ke dalam cerita itu, karena kuatnya tegangan yang dirangkai oleh sang penulis
Penulis karya sastra harus mempunyai bekal kemampuan bahasa yang memadai. Untuk mengembangkan kemampuan bahasa dapat dilakukan dengan cara; 1) mengembangkan kosakata, 2) mengembangkan penguasaan kaidah bahasa, dan 3) mengembangkan pengetahuan makna.Kemampuan seorang penulis tentang seluk beluk karya sastra akan mempermudah penulisan karya sastra, baik puisi, prosa (cerpen, novel, roman), maupun drama. Untuk meningkatkan kemampuan sastra seseorang dapat dilakukan dengan cara: 1) meningkatkan kemampuan apresiasi terhadap suatu karya sastra, 2) mengikuti kegiatan bersastra, 3) melakukan kritik karya sastra, 4) meningkatkan pengetahuan sastra, dan 5) menulis sastra.

Saran
Saran penulis diakhir makalah ini yaitu setiap orang seharusnya banyak mempelajari tentang kaidah sastra. Pengetahuan seseorang tentang karya sastra dapat meningkatkan kemampuan apresiasi dan kritik terhadap suatu karya sastra. Pengetahuan ini dapat diperoleh dengan dua cara yaitu mempelajari buku-buku teori sastra, dan banyak membaca karya sastra serta banyak membaca tulisan-tulisan kritik sastra.Menulis jika sering dilakukan, dapat memperlancar seseorang dalam mengungkapkan idenya. Semakin sering ia menulis, maka seorang penulis akan merasakan bahwa ide yang ditulisnya seolah mengalir dan tertata dengan sendirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 1981. Menulis; Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung Angkasa.


Rabu, 11 Mei 2016

NASKAH DRAMA

NASKAH DRAMA (3 ORNG)
(Persahabatan, sahbat yang terlalu peduli )
santi, prilly dan ines, mereka bertiga bersahabat di salah satu SMA di jakarta. prilly selalu merasa jadi yang paling benar diantara mereka bertiga. Santi slalu menentang Prilly dalam segala hal. Ines orang yang selalu berpikir positif dan jalan lurus-lurus aja. (karakter, dialog)
di kantin sekolah
Prilly: kalian tau gak kalau kemarin gue liat si Adit pacar si Ines jalan sama si Angel di Mall
Santi: sok tau kamu, tau dari mana coba?
         paling juga kamu bohong
Ines: ya udahlah mungkin ia ada urusan pelajaran sama si Angel.
Prilly: kalau ada urusan pelajaran kayaknya gak harus di Mall deh kan bisa di sekolah. lagian loe itu harus tegas sama pacar loe itu. kalau perlu kita harus temuin si Angel supaya dia gak dekatin pacar kamu.
Santi: udahlh gak perlu, malu tau.
Prilly: gak bisa gitu dong, aku gak suka sahabatku di duain.
Santi: kamu ini apa2an sih pril, si Ines aja santai ko kamu yang sewot sama hubungan mereka.
Prilly: aku bukan sewot tau, cuman aku gak suka sahabatku diperlkukan seperti itu, dia itu dihianatin.
Santi: sok tau banget sih kamu, mungkin aja mereka sedang belanja, atau apalah. itukan urusan mereka.
Prilly: gak ya, pokoknya nanti pulan sekolah kita temuin si Angel cewe gatei itu.
Santi: gak perlu nes, kamu gak usah ikutin kata2 si prilly
Prilly: eh, Santi loe diam aja deh( kesal)
Ines: sudah2
        kalian gak perlu ribut seperti ini, lagian sebernarnya aku itu udah putus kok sama si Adit kemarin.
Prilly: tuh kan benar, itu pasti gara2 si Angel.
Ines: gak ko
       mngkin kami udah gak cocok lagi
Prilly: itu pasti cuman alasan si Adit aja.
Santi: udah deh Prilly. kamu gak usah urusin hubungan si Ines dengan si Adit mending kamu mikirin diri kamu sendiri aja.
Prilly: kamu itu gak tau apa2 ya santi
          jadi kamu diam aja.
Santi: kamu yang gak tau apa2, malah mungkin sok tau
Prilly: diam aja deh kamu. pokoknya aku sama si Ines harus temuin si Angel itu. terserah ya kamu mau ikut atau gak .
Ines: diam ( sedikit berteriak)
        aku itu putus sama Adit karena memang sudah jadi pilihan aja lagian kita mau ujian kan.
        harusnya kita itu belajar
Santi: betul tuh Nes. kita memang harus mikirin ujian bukan malah mikirin cowok.
Prilly: terserah kamu deh yang penting aku melakukan ini karena aku peduli sama kamu nes.
Ines: makasi ya pril udah mikirin aku.
Prilly: ia nes, karena  kamu itu kan sahabat aku.
Ines: ya udah, mending kita baikan semua dan fokus untuk ujian.
Santi: ia, maaf ya Prilly.
Prilly: ia, aku maafin kamu, aku juga minta maaf ya.